For You

Nam,
Apa kabar?
Bagaimana keadaanmu disana?
Aku P'Shone, seniormu. Masih ingatkah kau kepadaku? Kuharap iya.

Nam,
Apakah kau masih menyimpan buku itu? Maaf aku meninggalkannya di depan pintu rumahmu. Malam itu aku harus bergegas pergi ke Bangkok, tak sempat berpamitan denganmu. Siapa yang menemukan buku itu pertama kali, Nam? Ibumu, adikmu, atau kau sendiri? Ah. Aku tau, waktu itu kau pasti masih marah denganku. Aku tau, Nam.

Nam,
Lewat buku itu kau pasti sudah tau bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Maafkan aku yang terlalu pengecut. Maafkan aku yang hanya bisa diam. Maafkan aku yang membiarkanmu mengatakan hal itu. Maafkan aku yang tidak membiarkanmu mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Ini memang tidak adil, Nam. Maafkan aku. Tapi, sekarang kau sudah tau isi hatiku sebenarnya kan? Aku tau, ini sudah terlambat untuk mengatakannya, aku menyesal. Sungguh. Tapi aku akan lebih menyesal bila tak mengungkapkannya kepadamu.

Nam,
Apa kamu masih mengingat Tuan Cumi dan Nyonya Cumi? Sungguh aku tak bermaksud membuatmu geli dengan cumi-cumi. Aku menceritakan cerita itu agar membuatmu tertarik padaku, Nam. Aku ingin kau menganggapku lucu. Aku ingin kau tertawa karenaku. Saat itu, kita duduk berdua diatas jembatan. Rasanya ingin waktu berhenti begitu saja, Nam. Semuanya memang begitu indah, sebelum sahabatku hadir..

Nam,
Apa kau tau rasanya membeku dan terbakar dalam satu waktu? Aku dulu merasakannya, Nam. Membeku, aku membeku, tak tau harus berbuat apa, hanya bisa diam saat aku melihatmu. Terbakar, hatiku terbakar, Nam, melihat kau dengannya. Tidakkah kau tau betapa hatiku menangis melihatmu bersama P'Top, sahabatku? Nam, aku bisa apa melihat kau tertawa dengannya? Aku harus pura-pura senang melihat kalian. Kau boleh mengataiku munafik. Aku sayang kamu, tapi aku juga sayang sahabatku, Nam. Aku tak mungkin mengkhianatinya. Dan kau pasti tau benar bagaimana rasanya memendam perasaan, bukan? Seandainya aku tak sepengecut ini.

Nam,
Aku juga ingin menggoncengmu dengan motorku. Aku ingin mencium pipimu. Aku ingin membelai rambut panjangmu. Aku ingin merangkulmu. Aku ingin menggendongmu di atas punggungku. Aku ingin memasakkanmu makanan. Aku ingin melakukan semua hal yang telah kau lakukan bersama P'Top, Nam. Aku ingin selalu bersamamu. Kuharap kau dapat mengetahuinya.

Nam,
Aku menyukaimu, menyayangimu, mencintaimu. Aku suka semua tentangmu. Aku suka wajahmu, rambutmu, kacamatamu. Aku suka bagaimanapun wajahmu. Entah itu jelek ataupun telah berubah menjadi cantik, aku tak peduli. Selama itu adalah wajah dari Khun Nam, aku akan tetap suka memandangi dan memotretnya diam-diam. Aku suka semua tentangmu, Nam. Aku suka. Hanya satu hal yang tak kusuka darimu, yaitu saat kau menangis. Saat itu, kau menangis dan kau berusaha tegar menerima kenyataan di depanku. Ah. Aku tau hatimu terluka, Nam. Tapi kau tau? Hatiku juga hancur. Ingin saat itu aku memelukmu. Tapi.. maafkan aku, Nam. Maafkan aku.

Nam,
Aku tau, perasaanmu kepadaku pasti sudah tak ada lagi. Kau dengar hatiku berkata apa? Kuharap kau mengetahui, perasaanku kepadamu akan selalu ada, Nam. Kau boleh membenciku. Tapi ijinkan aku untuk selalu mencintaimu.

Nam,
Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan P'Shone yang pengecut ini. Bahkan untuk mengirim surat ini akupun tak sanggup. Nam, baik-baik disana. Kejar semua mimpimu. Aku hanya bisa menunggumu, dan akan selalu berdoa untukmu. Aku percaya suatu saat kau akan kembali. Nam, aku merindukanmu. Setiap hari aku merindukanmu. Apakah kau disana merindukanku? Ah, mungkin kau malah berusaha melupakanku. Atau malah sudah melupakanku. Aku tau kau sakit hati, kau boleh membenciku. Tapi, Nam, satu yang harus kau tau, P'Shone cinta dan selamanya akan tetap cinta P'Nam. ผมรักคุณ.


P'Shone.

Post a Comment